Endangered Species Elang Jawa



Indonesia patut berbangga, karena dari 311 jenis Elang yang ada di dunia, 70 jenisnya telah menghuni negara ini. Tak dapat dipungkiri bahwa sosok Elang Jawa, sang raptor endemik telah menjadi inspirasi Garuda sang lambang negara. Namun, tahukah Anda bahwa status Elang Jawa kini tengah mencapai ambang kepunahan.

Sekilas informasi tentang Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) adalah salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor). Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari).



Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret - coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret - coret) rapat melintang merah sawo matang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu - bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari.

Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar. Iris mata kuning atau kecoklatan, paruh kehitaman, serta (daging di pangkal paruh) kekuningan, kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis - garis. Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil. Bunyi nyaring tinggi, berulang - ulang, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat.



Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya. Di kutip dari salah satu media online, meskipun lanskap Indonesia menjadi lokasi favorit bagi para Elang untuk membentangkan sayap, tetapi negara ini tak selamanya menyajikan keselamatan bagi mereka. Kerusakan habitat yang disebabkan oleh deforestasi, degradasi, dan fragmentasi hutan menjadi salah satu faktor yang mengancam keberadaan mereka. Tidak hanya itu, perburuan dan perdagangan ilegal disebut-sebut sebagai faktor utama yang menghadapkan satwa liar pada pintu kepunahan.

Dalam lima tahun terakhir tercatat lebih dari 110 ekor Elang yang dinyatakan hilang akibat perburuan. Seperti yang sudah kita ketahui, salah satunya adalah Elang Jawa yang statusnya kini dinyatakan sebagai endangered species. "Jumlahnya kini di seluruh Indonesia tidak mencapai 1.000 pasang ekor, artinya di bawah batas aman populasi. Bila selama 20 tahun tidak ada upaya maka Elang Jawa akan punah, "jelas Zaini selaku Ketua RAIN (Raptor Indonesia). Oleh karena itu Pusat Konservasi Elang Kamojang yang mulai beroperasi pada 2014 lalu hingga kini masih berupaya untuk melakukan penyelamatan Elang di seluruh nusantara. Terletak di tanah Kamojang, kecamatan Ibun, kabupaten Bandung, pusat konservasi elang yang didirikan oleh Pertamina Geothermal Energy ini dilengkapi dengan fasilitas yang merujuk standar internasional dari IUCN (International Union for Conservation of Nature), GFAS (Global Facilities for Animal Sanctuary), dan IWRC (International Wildlife Rehabilitation Council).

"Selaku pihak pengelola, RAIN menerapkan rangkaian proses untuk mempersiapkan para raptor sebelum dilepas liarkan. Dimulai dari masa karantina, rehabilitasi medis, pelatihan terbang, dan pelepasliaran. “Tidak semua elang layak untuk dilepas, bila kondisi medisnya tidak mendukung maka ia akan tinggal dan mendapatkan perawatan di sini. Hingga saat ini Pusat Konservasi Elang Kamojang masih memiliki 16 ekor elang yang terdiri dari 2 ekor Elang Jawa, 5 ekor Elang Brontok, dan 9 Elang Ular, dan mereka semua tengah menjalani masa karantina. Dalam waktu dekat Pusat Konservasi Elang Kamojang akan menambahkan fasilitas edukasi yang akan dibuka untuk umum dengan tujuan dapat mengajak masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam menyelamatkan elang dari kepunahan. Selain itu, program ini selanjutnya akan melengkapi rangkaian destinasi Desa Wisata Kamojang."


Comments

Popular Post

Pasundan dan Tradisi Ngabungbang

Bahasa Sunda Di Era Globalisasi Modern