Kopi Aroma Khas Bandung
Tepat
di jalan Banceuy nomor 51, dengan bangunan arsitektur bergaya pecinan berdiri
sebuah toko kopi yang telah di kenal luas di kota Bandung. Toko sekaligus pabrik
ini telah ada sejak tahun 1930,kemasyurannya di kenal luas hingga keluar kota
Bandung. Semerbak harum kopi sudah tercium dari jarak sekitar 100 meter, saban
hari para pelanggan dengan setia mengantre membeli kopi dengan berbagai ukuran.
Toko kecil yang dibangun oleh Tan Houw Sian sejak 1930 silam itu, tidak pernah
sepi pembeli bahkan adakalanya sebelum jam 11 siang toko harus tutup karena
persedian kopi sudah habis. Pada tahun 1920 - 1930 sang pendiri – Tan Houw Sian
– bekerja untuk orang Belanda, dan mempelajari proses pembuatan kopi ini
perlahan - lahan. Hal inilah yang memprakarsai Beliau untuk mendirikan perusahaan
dan pabrik kopi yang pada mulanya terkenal dari mulut ke mulut. Kopi dengan
rasa yang masih murni ini lahir dari proses yang terhitung tidak sebentar,
tidak seperti kopi lain yang tercipta dengan campur tangan bahan kimia.
Widyapratama,
putra tunggal dari Tan Houw Sian, adalah pemegang kendali toko kopi itu. Di
sini dijual dua jenis kopi, yakni robusta dan arabika. Biji kopi arabika
didatangkan dari Aceh, Medan, Toraja, Flores, Bajawa, Pangalengan, dan Ciwidey.
Sedangkan biji kopi robusta berasal dari Bengkulu, Lampung, Jawa Barat,
Temanggung, dan Wonosobo. Pak Widya,
sapaan akrabnya, mengatakan, pengolahan kopi pun masih menggunakan cara
tradisional. Selesai dijemur, bibit kopi ini disimpan selama 5-8 tahun untuk menghilangkan
kadar asam dan kafein di dalamnya.
Selesai disimpan di dalam gudang yang sangat besar, kopi ini pun disangrai menggunakan alat sangrai yang berusia kurang lebih 63 tahun, dengan bahan bakar kayu karet limbah dari Cianjur yang ramah lingkungan. Proses selanjutnya adalah pemilihan bibit unggul kopi yang telah berwarna coklat tersebut. Setelah biji kopi terbaik didapat, maka siap untuk diproses menjadi kopi bubuk.
Selesai disimpan di dalam gudang yang sangat besar, kopi ini pun disangrai menggunakan alat sangrai yang berusia kurang lebih 63 tahun, dengan bahan bakar kayu karet limbah dari Cianjur yang ramah lingkungan. Proses selanjutnya adalah pemilihan bibit unggul kopi yang telah berwarna coklat tersebut. Setelah biji kopi terbaik didapat, maka siap untuk diproses menjadi kopi bubuk.
Penggila kopi aroma tak hanya merasakan nikmatnya menyeruput kopi ini, tapi juga merasakan manfaat kesehatannya. Widya menjelaskan, kopi arabika cocok diminum oleh penderita darah tinggi dan penyakit jantung karena kadar kafeinnya rendah. Kopi robusta bisa diminum untuk penderita diabetes. "Kopi robusta juga bisa mengobati luka dan dapat diminum untuk bayi berusia di atas satu tahun supaya tidak kejang-kejang," katanya.Proses pengolahan ini tidak jarang mengundang minat pengunjung untuk melihatnya,terlebih wisatawan mancanegara, mereka sangat antusias melihat proses pengolahan kopi yang masih tradisional.
Comments
Post a Comment