Kampung Naga dalam Tradisi Sunda
Terbang Sejak Kampung Naga
Kampung Naga,
lokasi tepatnya berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya. Kampung Naga saat ini bisa di kunjungi pelancong dari berbagai
daerah, meskipun ada beberapa aturan adat yang tidak boleh di langgar para
pelancong, secara garis besar tempat ini sangat layak untuk di kunjungi. Aksebilitas
menuju lokasi cukup mudah, tempat ini terletak di tepi jalan raya Garut
Tasikmalaya. Para pelancong yang datang bisa menitipkan kendaraannya di tempat
parkir yang cukup luas, setelah meminta izin kepada pemuka masyarakat
setempat,para pelancong bisa langsung menuju ke pemukiman masyarakat Kampung
Naga. Sebelum mencapai pemukiman setiap pelancong harus menuruni ratusan anak
tangga serta menyebrangi jembatan Ciwulan. Pemandangan pemukiman dari atas
ratusan anak tangga ini cantik mempesona. Kampung ini berada di lembah yang
subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan
keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat
Kampung Naga. Mata pencaharian masyarakat hampir seluruhnya bertani serta
memanfaatkan hasil hutan serta membuat aneka kerajinan khas Sunda.
Di bidang
kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan atau tabu mengadakan
pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang golek,
dangdut, pencak silat, dan kesenian yang lain yang mempergunakan waditra goong.
Sedangkan kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung Naga
adalah terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Sebagai salah satu seni
warisan leluhur Kampung Naga, hingga saat ini Terbang Sejak masih dimainkan
dilingkungan Kampung Naga. Terbang Sejak hampir sama dengan rebana yang biasa
dimainkan dalam kasidahan. Alat musik tradisional tersebut terbuat dari dua
bahan dasar. Bingkainya yang merupakan tabung suara, terbuat dari bahan kayu
yang dibuat sedemikian rupa dengan bentuk pipih dan bundar. Bagian tengahnya
dibiarkan kosong. Pada salah satu sisi yang dijadikan muka terbang kemudian
ditutup dengan kulit domba. Sekeliling pinggir terbang kemudian dipasang tali melingkar
sehingga menyerup gelang, tali tersebut berfungsi menjadi pengikat sisi-sisi
kulit domba.
Untuk memperoleh
suara yang diinginkan, di sekeliling tali pengikat tersebut dipasang “pen” yang
berfungsi sebagai penahan dan sekaligus pengatur nada suara. Jika akan
dimainkan, bagian pada permukaan terbang itulah yang ditepak-tepak oleh telapak
tangan para pemain. Terbang sejak biasanya dimainkan oleh kaum laki-laki. Para
pemainnya duduk berjajar berurutan berdasarkan ukuran terbang yang akan
dimainkan. Penyajian kesenian tersebut biasanya dimainkan bersama nyanyian yang
disesuaikan dengan irama yang dibawakan. Pada umumnya, lagu-lagu yang dibawakan
menggunakan Bahasa Arab yang intinya berupa puji-pujian untuk mengagungkan
kebesaran Tuhan dan salam serta shalawat untuk Nabi Muhammad Saw. Masuknya
terbang sejak sebagai kesenian masyarakat Kampung Naga diduga kuat berkaitan
erat dengan penyebaran Islam di Nusantara. Karena itu, kesenian tersebut
biasanya digelar pada saat menyambut hari suci, misalnya hari raya Idul fitri
atau hari raya Idul Adha.
Pemain dalam
terbang sejak terdiri dari beberapa orang yaitu pemegang alat musik kempring, Bangsing,
Kedemung, Turuktuk, Bajdor dan Indung. Selain dimainkan oleh laki - laki, pada
pementasannya kerap pula di isi oleh para penari berusia tua yang terdiri dari
laki - laki dan perempuan. Perkembangan kesenian ini di masyarakat kampung naga
cukup terpelihara, terlebih dalam setiap kesempatan upacara adat jenis kesenian
ini kerap kali dipentaskan. Regenerasi para pemainnya berlangsung mulus karena
sistem pewarisan tradisi di masyarakat kampung naga sudah dilakukan secara
turun temurun.
image source http://www.disparbud.jabarprov.go.id
Comments
Post a Comment